Stargazing.
Dalam diam, Mars menatap sang Bumi.
Yang memiliki jarak berjuta kilometer menembus galaksi.
Tapi, Mars tetap sabar menanti.
Ia hidup dalam balutan emosi, saat perasaannya mulai
berapi-api.
Ia ingin bersanding dengan sang Bumi.
Sayang, Bumi terlalu jauh untuk diraih.
Dalam sesak, Mars menitipkan salamnya.
Melalui bisikan angin, menembus bintang dan sampai ke Bumi.
Bumi acuh.
Merasa dipuja, ia bahkan menjadi angkuh.
Bumi seharusnya sadar, kebanggaannya hanya bersifat
sementara.
Bahkan sirna, saat ia menyadari bahwa ia tidak lagi dipuja.
Dan, kehilangan yang terbaik disampingnya.
Mars menangis, dalam lirih berbalut pedih.
Matahari tidak tinggal diam, ia memberikan sinarnya. Memberikan
kekuatan pada Mars yang berjuang.
Bulan pun menyaksikan.
Ia menjadi saksi sebuah perjuangan.
Bagaimana sebuah hal yang tidak mungkin berjalan beriringan,
kini akhirnya berdampingan.
Berputar dalam orbit yang sama.
Mars tersenyum dan menitikkan airmata.
Semesta mendengarnya.
Semesta mendengar do’anya.
Bumi membawa Mars dalam rengkuhannya.
Mereka memancarkan sinar bahagia, sinarnya mampu menerangi
seluruh semesta.
Karena izin-Nya.
Sejauh apapun jarak membentang, akan selalu ada cara untuk
berdampingan.
Selama semesta menyatukan.
Dan, selama mereka masih berada dalam satu galaksi yang
sama, selama mereka masih berputar dalam orbit yang sama, selama itu juga,
mereka tidak akan kemana-mana.
Saling menjaga keseimbangan alam semesta.
Dengan sedikit cinta.
- Mars & Bumi -
- Mars & Bumi -
0 comments