Aku dan (kebodohan) cintaku.
Malam itu hujan turun dengan sangat deras. Rintikannya tak dapat ku hindari. Aku menatap dari kejauhan, sosok kekasih yang selama ini ku cinta sedang berpeluk mesra dengan orang lain. Aku marah. Kesal. Tapi, aku tak mampu mengungkapkan semuanya. Ku putuskan untuk kembali pulang. Aku mencintainya. Sebuah alasan bodoh yang membuatku tak dapat berbuat apa-apa. Bahkan saat ia melukai perasaan ku sedalam ini dan berulang kali. Ku habiskan malam ku dengan ditemani hujan yang semakin deras turun. Aku selalu menyukai hujan, karena tidak ada yang tahu airmataku mengalir ketika ku bersama hujan.
***
Keesokkan harinya, aku bertatap
muka dengannya disekolah. Aku bersikap biasa saja, pun sebaliknya. Ia selalu
bersikap manis dihadapanku. Ia yang selalu punya banyak cara membuatku
tersenyum. Tapi, kali ini tidak. Aku masih dengan lamunanku. Dia meanatapku
heran.
“Kamu kenapa? Sakit?” ia memegang
dahiku dengan telapak tangannya.
Aku hanya menggelengkan kepala.
Badanku memang terasa agak lemas setelah terkena hujan semalaman.
“Kamu hari ini beda banget. Gak
kayak biasanya yang bawel, ceria, bisa bikin aku ketawa.”
Aku menghembuskan nafas panjang,
nafas yang sejak tadi mengisi rongga dadaku. Membuatku sedikit sulit bernafas.
Aku agak gelisah. Aku ingin
membicarakan tentang kejadian yang ku lihat tadi malam.
“Kamu…”
Dia menoleh ke arah ku dan
menatapku heran.
“Kamu semalem kemana? Aku telfon
gak bisa.” Aku mulai memberanikan diri untuk berbicara.
Dia terlihat kaget mendengar
pertanyaan dariku.
“K-k-kok kamu nanya begitu?” dia
semakin menatapku heran.
“Cewek mana yang gak khawatir
kalau pacarnya gak bisa dihubungin?”
Dia menggenggam tanganku erat dan
menatapku dalam.
“Maaf ya sayang, aku semalem abis
nganterin nyokap ke klinik. Maaf ya udah bikin khawatir.”
Aku melepaskan genggamannya.
“Oh, sekarang ibu kamu gak
berhijab ya? Kayaknya terakhir aku ketemu beliau, beliau berhijab. Dan…” aku
memandang ke arahnya.
“Klinik jaman sekarang ada
restorannya ya? Hebat banget.” Lanjutku.
Dia tersontak kaget.
“M-m-maksud kamu apa sih?”
“Jujur aja.”
“Aku gak ngerti maksud kamu,
sayang.”
Dia mencoba untuk berlaku manis
terhadapku, namun aku selalu menghindarinya.
“Gue denger dari temen lo,
semalem lo ngajak jalan cewek. Iya?” tanyaku.
“Apaan sih kamu! Kamu lebih
percaya orang lain ketimbang sama aku! Terus apa gunanya pacaran kalau kamu gak
percaya sama aku!” dia membentakku.
Aku hanya terdiam mendengar
alibinya.
“Oh, sekarang bahasanya udah
mulai lo-gue? Iya?” kali ini dia benar-benar membentakku dengan sangat keras.
Aku tersentak.
“Gue lihat semalem lo sama cewek
di restoran makan deket rumah lo. Semenjak lo gak ada kabar seharian, gue niat
mau ke rumah lo. Tapi, tiba-tiba gue ngeliat lo lagi pelukan mesra sama cewe di
restoran. Pacar macam apa lo!” emosi ku mulai memuncak.
Ku lihat ia mengepalkan
tangannya. Rahangnya mengeras. Dan, tiba-tiba ia meninju sebuah pintu yang
tepat berada didekat kami.
Dengan wajah penuh amarah, ia
menatapku. Tatapannya yang penuh amarah kini berganti menjadi tatapan penuh
iba. Ia berlutut dihadapanku.
“Aku minta maaf, yang.”
Aku yang masih shock melihatnya
marah tadi, tak ku hiraukan ucapannya. Aku bergegas meninggalkannya.
***
Ku rebahkan tubuhku di kamar.
Entah, tapi aku merasakan sangat lelah hari ini. Mungkin karena terlalu banyak
hal yang mengganggu pikiranku. Ku coba pejamkan mataku. Namun, hanya kejadian
di malam itu yang terbayang. Dadaku terasa sesak tiap kali aku mengingatnya.
Kesal dan amarah ku memuncak tiap kali ku sesali, aku yang tak bisa berbuat
apa-apa. Aku hanya dapat menguraikan airmata tanpa bicara. Apa gunanya? Airmata
memang melegakan, namun tidak menyelesaikan.
Tak lama kemudian, handphone-ku
berdering. Ada panggilan masuk dari lelaki itu. Lelaki yang menyakitiku, tapi
masih berstatus menjadi kekasihku.
Dengan berat hati, ku jawab
telfon darinya.
Hallo?
Hmmm…
Aku tahu kamu pasti masih marah.
Aku bisa jelasin semuanya. Please, kasih aku kesempatan.
Eh? Hmm…
Sekarang coba kamu keluar rumah.
Aku tunggu kamu diluar!
Belum sempat ku membalas
ucapannya, ia langsung mengakhiri pembicaraan diantara kami.
Aku segera bergegas pergi ke
halaman rumah yang ia maksud. Baru saja ku buka pintu rumah, mataku sudah
tercengang melihat begitu banyaknya bunga berhamburan didepan rumah. Ditambah
lagi dengan adanya balon warna-warni. Aku tidak dapat berkata apa-apa.
Jangankan untuk berkata, untuk berkedip saja rasanya sudah tidak bisa.
Tiba-tiba muncul seorang sosok
laki-laki dihadapanku. Ia berlutut dan memberiku sebuah bunga mawar.
Dalam hitungan detik, seketika
itu juga aku lupa akan rasa marahku terhadapnya. Hatiku mulai mencair lagi
melihatnya seromantis ini padaku. Tak menunggu lama, aku memeluk tubuh
laki-laki itu. Airmataku menetes.
“Maafin, aku ya sayang. Aku
memang salah. Aku janji gak akan ngulangin lagi. Maafin aku ya.” Dia mencium
tanganku dengan amat lembut.
Mataku berbinar menatapnya,
senyumku mulai merekah lagi. Dia berhasil membuatku melupakan kesalahannya.
Kesalahan fatal yang seharusnya tak dapat lagi ku maafkan.
Ya, memang begitulah sebagian
wanita. Sekesal apapun mereka dengan pasangan, akan luluh juga ketika
diperlakukan seperti itu oleh lelaki. Karena hati wanita pada dasarnya memang
selembut sutra. Mereka mudah memaafkan tapi tidak melupakan.
***
Seminggu berlalu sejak kejadian
itu. Aku berusaha melupakannya dan memulai lagi hubunganku yang baru. Sekeras
apapun wanita berusaha melupakan, akan ada satu titik lemah wanita yang tidak
dapat diperbaiki. Rasa trauma. Wanita yang pernah mengalami kejadian seperti
ini, tidak akan lagi menaruh 100% kepercayaan pada pasangannya. Atau bisa saja
laki-laki tersebut kehilangan kepercayaan dari pasangan. Ironis, tapi memang
seperti itu adanya.
Belakangan ini, sikapnya mulai
berubah lagi. Menghilang tanpa kabar. Dan sikapnya yang manis itu pun kian lama
kian pudar. Rasa takut itu datang lagi. Takut akan rasa kecewa yang kedua kali.
Aku mencoba untuk percaya lagi padanya, namun itu sulit. Lebih sulit dari yang
ku bayangkan.
***
Sore itu, aku duduk dihalaman
belakang rumah. Tiba-tiba saja salah seorang temanku datang ke rumah. Aku
terkejut, karena sebelumnya tidak pernah ada salah seorang teman pun yang
datang tanpa memberi kabar terlebih dahulu.
“Ngapain lo disini? Kok gak
ngasih tahu gue dulu?” tanpa ada rasa penasaran sama sekali aku berbicara
padanya.
“Ikut gue! Gue mau ngasih tahu
sesuatu.” Dia menarik lenganku dengan sangat keras.
Tanpa banyak bertanya, aku segera
mengikuti langkahnya.
Ia membawaku ke sebuah tempat
yang tak asing bagiku.
“Ini kan tempat biasa gue sama
pacar gue. Ini tempat favourite kita berdua.”
Dia menoleh ke arahku dan melepaskan
lenganku.
“Lo berdua? Yakin ini tempat
favourite Cuma lo berdua? Atau ada orang lain juga yang dia ajak kesini?”
Aku terkejut mendengar ucapannya.
Aku menatapnya dengan penuh tanya.
“M-m-maksud lo?”
Tanpa menjawab pertanyaanku, ia
menunjuk ke arah bangku taman. Aku melihat dari kejauhan dengan samar-samar.
Dengan sangat perlahan. Pandanganku mulai jelas. Aku melihat seorang laki-laki
dan seorang wanita sedang bercanda ria. Bukan, bukan hanya bercanda biasa, tak
jarang sesekali mereka saling rangkul satu sama lain.
Dan, ternyata…
Dia adalah kekasihku dengan
wanita lain. Wanita yang pernah aku lihat waktu itu. Wanita itu lagi!
Kali ini emosiku tak dapat lagi
ditahan. Emosiku memuncak. Aku berjalan menghampirinya dengan amat marah. Sesampainya
dihadapanya, aku segera menampar wajahnya. Tak lagi ku hiraukan banyaknya orang
yang berlalu-lalang disekitarku. Aku menampar wajahnya dengan sangat keras.
Sontak semua orang langsung memperhatikanku.
“Kita putus!”
Tanpa banyak bicara, ku
tinggalkan ia bersama wanita itu. Aku bergegas pulang. Dengan perasaan yang
bercampur aduk aku menyusuri tiap jalan setapak yang ku lalui dengan derai
airmata. Tak dapat ku ungkapkan betapa kecewanya hatiku. Tiba-tiba, temanku
yang mengajak ke taman tadi menghampiriku dan mengulurkan tangannya memberi
sehelai tisu.
“Nih, hapus airmata lo. Gue gak
mau lihat lo nangis.” Ujarnya dengan menyodorkan tisu.
“Makasih” balasku singkat.
Dia menemaniku pulang. Sepanjang jalan
yang tercipta hanyalah keheningan.
“Lo gak perlu kali nangisin orang
yang udah berkhianat dibelakang lo. Ini salah lo juga.” Tiba-tiba ucapannya
memecah keheningan diantara kami.
Aku menoleh ke arahnya.
“Maksud lo salah gue?”
“Gini ya, lo tahu dia pernah
ngecewain lo. Tapi kenapa lo kasih lagi kesempatan dia buat balik ke lo. Yang namanya
orang pernah selingkuh, sekali lo maafin, dia bakal ngulangin lagi. Terbukti kan
sekarang?”
Aku terpaku mendengar ucapannya. Seolah
aku sedang ‘ditampar’ olehnya.
“Gak ada orang lain yang bisa
nyakitin lo tanpa seizin lo.” Lanjutnya.
Aku tak menampik jika ini semua
memang kesalahan ku. Aku yang membiarkannya menyakitiku, lagi. Aku yang
mengizinkannya melukaiku, lagi. Ya, aku memang salah. Seharusnya aku tahu jika
hal ini akan terulang kembali. Aku bak seekor keledai yang bodoh, yang jatuh
pada kesalahan yang sama.
***
Hari ini cuaca amatlah cerah,
namun entah mengapa hatiku tak dapat secerah cuaca hari ini. Hatiku masih
dirundung pilu.
Aku duduk di salah satu bangku
taman sekolah. Ku pasang headset di kedua telingaku,ku dengarkan musik dengan
sangat keras. Berharap semua masalah dapat ku lupakan walau hanya sekejap.
Tiba-tiba ku melihat di kejauhan,
mantan kekasihku menghampiriku. Seperti biasa, ia membawa setangkai bunga. Tapi,
tak ku hiraukan kedatangannya. Ia berlutut dihadapanku, dan meminta maaf
berulang-ulang kali. Namun, aku tidak memperdulikannya. Ku tinggalkan ia begitu
saja.
Tanpa ku duga, ia berdiri dan
berteriak di depan orang banyak yang berlalu lalang saat itu.
“Gua minta maaf. Gua minta
kesempatan lagi. Gua janji gak akan ngelakuin lagi. Gua janji!” teriaknya yang
keras kala itu membuat semua mata tertuju padanya.
“Gua minta maaf. Kasih gua
kesempatan lagi. Gua janji akan berubah.”
Ia berjalan menghampiriku. Seketika
itu pula semua pasang mata tertuju padaku.
Ada sedikit perasaan iba ketika
ku tatap matanya. Entah apa yang harus aku lakukan.
Apakah ia benar sungguh-sungguh
dengan ucapannya?
“Sorry, gue gak bisa. Gue udah
pernah kasih kesempatan ke lo, tapi malah lo sia-siain. Gue gak bisa kasih lo
kesempatan lagi. Gue gak mau sakit hati lagi. Gue gak mau jatuh dilubang yang
sama. Cukup sekali gue pernah salah dengan ngasih lo kesempatan. Kesempatan lo
buat nyakitin gue lagi. Kali ini, gue gak akan lagi ngambil keputusan yang
salah.” Ujarku memberinya penjelasan.
“Segampang itu lo ngelupain gue? Apa
sedangkal itu rasa sayang lo ke gue?” ia menatapku dengan matanya yang
berbinar.
“Gue sayang lo banget. Lo itu
yang terbaik dalam hidup gue.” Lanjutnya.
Aku menghela nafas.
“Gak gampang gue ngelupain
semuanya. Jujur, gue sayang sama lo. Tapi bukan berarti lo bisa seenaknya
dihidup gue. Datang & pergi sesuka hati, atau bertingkah menyakiti hati
gue. Lo sayang sama gue? Kalo lo sayang gue, lo gak akan selingkuhin gue dengan
orang lain. Semua kata yang lo ucap barusan itu hanya berisikan kebohongan. Gue
emang gak cukup pintar untuk melupakan lo, tapi gue harus cukup pintar
meninggalkan orang yang jelas-jelas hanya mempermainkan gue. Sorry, hubungan
kita cukup sampai disini.”
Ku langkahkan kakiku pergi
menjauh. Berat memang, meninggalkan orang yang telah lama ada dihati kita. Namun,
semua akan terasa lebih berat ketika kau tahu cinta tulus yang kau beri untuk
pasanganmu, telah dibagi lagi kepada orang lain. Meninggalkan orang yang kita
cinta memang sakit, namun akan lebih sakit lagi jika kau bertahan dalam sebuah
hubungan yang hanya memberimu airmata.
Memang benar, tak ada cinta tanpa
airmata. Tapi, bukan berarti tak ada kebahagiaan didalamnya. Carilah cinta yang
benar-benar tulus menyayangimu. Bukan hanya yang datang & pergi
meinggalkanmu. Kamu dan hatimu, bukanlah sebuah permainan. Dan tak pantas
dipermainkan. Begitupun kamu dan cintamu. Bukanlah sebuah hal yang mudah untuk
diberi kesembarang hati. Jangan kau sia-siakan cintamu hanya untuk seseorang
yang tidak pantas kau cintai.
Jangan bertahan karena takut
kehilangan. Lebih baik kehilangan dan mendapat pengganti yang lebih baik,
dibanding kamu bertahan dan hanya akan menyakiti dirimu sendiri. Jangan pergi
hanya untuk dikejar. Berjuang tak semudah itu. Jangan menyakiti hanya beralibi
untuk mengetes cinta pasangan. Karena bertahan tak sebercanda itu. Berjuanglah dengan
orang yang sama-sama ingin berjuang. Bukan yang hanya ingin diperjuangkan.
8 comments
kalau kata tmn gue "mencintai dan menyakiti sulit dipisahkan,tapi apapun itu kalau mencintai ga boleh menyakiti,dan jika menyakiti pilihannya hanya 2,melepaskan untuk dibahagiakan dengan orang lain,atau dilepaskan dia agar kita belajar,menyakiti itu berarti siap dilepaskan"
ReplyDeleteAksaray
ReplyDeleteAydın
Kütahya
Rize
Bingöl
Q83S
görüntülü.show
ReplyDeletewhatsapp ücretli show
PT2K
7ECC4
ReplyDeleteTunceli Evden Eve Nakliyat
Rize Evden Eve Nakliyat
Batman Evden Eve Nakliyat
Bolu Evden Eve Nakliyat
Kırklareli Evden Eve Nakliyat
D8FEC
ReplyDeleteYoutube Beğeni Hilesi
Linkedin Takipçi Satın Al
Soundcloud Reposts Hilesi
Soundcloud Takipçi Hilesi
Parasız Görüntülü Sohbet
Parasız Görüntülü Sohbet
NWC Coin Hangi Borsada
Bulut Madenciliği Nedir
Sohbet
57DCC
ReplyDeleteSpotify Dinlenme Satın Al
Bitcoin Çıkarma
Btcturk Borsası Güvenilir mi
Kripto Para Nasıl Kazılır
Binance Kimin
Tumblr Beğeni Satın Al
Bitcoin Kazanma
Tumblr Takipçi Hilesi
Binance Neden Tercih Edilir
23829
ReplyDeleteBitcoin Nasıl Üretilir
Görüntülü Sohbet Parasız
Kripto Para Oynama
Tumblr Takipçi Satın Al
Kwai Beğeni Hilesi
Coin Kazma
Shinja Coin Hangi Borsada
Binance Komisyon Ne Kadar
Kripto Para Nasıl Kazılır
090BF4F3B1
ReplyDeleteınstagram takipçi