#ChitChatNN: Aku dan Hujan
Dinginnya buliran air
yang jatuh dari langit itu membasahi tubuhku.
Memberi aroma
tersendiri saat tanah yang kering mulai tersentuh olehnya.
Tak perduli seberapa
banyak air itu membasahiku, aku tetap berdiri menantang sang hujan.
Diikuti dengan suara
deburan ombak, aku berhasil membawa diriku jauh ke dalam alam sadar.
Alam yang tidak pernah
dapat ku mengerti awal dan akhirnya.
Di sana, di bawah alam
sadarku, aku berbicara pada semesta.
Akan kegundahan hatiku
yang tengah melanda.
Aku ingin semesta
mendengar, bahwa aku hanyalah manusia biasa.
Yang mencoba untuk
membuat orang-orang disekelilingku bahagia.
Aku ingin semesta
mendengar, segelintir do’a yang bersemayam jauh di dalam hati tanpa pernah
berani ku ucap secara lantang.
Bukan, bukan hanya
ingin didengar. Aku juga ingin semesta mengerti, bahwa aku tidak bisa
membahagiakan setiap orang.
Tapi, lagi-lagi,
semesta pergi.
Menghilang.
Dan, meninggalkanku
sendiri dalam kebisuan.
Dalam sebuah
pertanyaan tanpa jawaban.
Dalam sebuah kehidupan
tanpa harapan.
Mungkinkah semesta
berbalik? Hanya untuk sekedar menoleh ke arahku.
Perlahan, air yang
sejak tadi kurasakan semakin deras.
Menusuk lapisan kulit
terdalam dari tubuhku.
Memaksaku harus segera
terbangun dari imajinasi alam bawah sadarku dan segera berlari menghindari
hujan.
Bukan aku benci hujan.
Hanya saja, terkadang,
hujan datang memberi kenyamanan, lalu pergi tanpa pernah kita tahu kapan akan
kembali.
Ini caraku menikmati hujan, selain menyesap grentea matcha latte hangat atau menghabiskan
waktu berdua denganmu sambil menunggu hujan pergi.
Terlalu dramatis.
Tapi, manis.
Seperti itulah hujan.
Penasaran, kira-kira seperti apa seorang introvert akan
menikmati sang hujan? Dwi Nanoki siap berbagi dan mengenang hujan bersama
ceritanya disini.
2 comments
SUKAK BANGET KAK SETIAP KANIKA NGBELOG GINI . SUSKES KANIK
ReplyDeleteTerimakasihhhh, Anitaaa! ❤️
Deletexoxo.