Friendzone (?)
Aku dan kamu. Kita. Satu kata yang selalu ku harapkan
akan selalu bersama. Sebuah kisah cinta yang kita jalani memang tak seindah
kisah romeo dan juliet. Namun, bukankah setiap kisah memiliki kesannya
masing-masing? Begitupun kita.
Bahagiaku sederhana. Melihatmu, meski dari jarak yang
berjauhan. Berbicara denganmu meski hanya sebuah pembicaraan tak berarti. Dan
berada tepat dihadapanmu, meski harus menahan seribu rasa gundah yang datang
‘menyerbu’.
Aku mengenalmu sejak pertama kali memasuki bangku SMP. Tidak ada satu hal kecil yang tidak kita lewatkan bersama. Tidak ada satu hal kecil tentang apapun yang tidak ku beritahu padamu, kecuali Cinta. Kita selalu menghabiskan waktu bersama. Namun, sepanjang kita menghabiskan waktu, selama itu pula kamu hanya menganggapku sahabat baik.
Terkadang, kita berada dalam jarak yang dekat. Entah
mengapa aku tetap merasakan kita terpisah oleh jarak yang jauh. Kamu tahu, apa
jarak yang memisahkan kita? Pertemanan. Persahabatan. Itulah jarak yang
memisahkan ‘kita’. Memisahkan perasaanku terhadapmu.
Mungkin aku mengenalmu baru, tapi selama 6tahun terakhir
ini kita selalu menghabiskan waktu bersama. Hingga perasaan itu muncul. Namun,
aku tidak berani mengutarakannya. Karena aku menghargai persahabatan yang
berada diantara kita.
Aku cukup menikmati masa-masa ini. Mencintaimu diam-diam.
Memandangmu diam-diam. Dan, mengharapkanmu menjadi lebih dari sekedar sahabat
pun, diam-diam. Hingga akhirnya aku tersadar, aku telah terjebak dalam sebuah
situasi yang disebut friendzone.
tingkat ke-gombalan-tertinggi adalah: Aku rela melihatmu bahagia walau dengan orang lain asal kamu bahagia. dan tingkat ke-bullshit-an tertinggi adalah kalimat barusan.
0 comments