[Review] Maleficent: Unconditional Love...
Well... well...
Gue pengen memberikan standing
applause ke mbak Angelina Jolie yang aktingnya amat sangat memukau sejak
menit pertama.
And, finally...
Setelah 5 tahun berlalu, akhirnya kita kembali lagi dengan
Aurora. Putri tidur yang terbangun karena cinta dari sang ibu angkatnya. Film garapan
Disney yang satu ini memang tidak
mengecewakan. Terlepas dari akting Angelina Jolie yang memukau, juga pesan tersirat
yang berusaha untuk disampaikan.
Pada Maleficent pertama, di tahun 2014 lebih tepatnya,
Maleficent mengajarkan kita bahwa cinta tidak selalu tentang ‘kekasih’. Dan, kasih
sayang tidak selalu lahir dalam suatu hubungan darah. Maleficent membuktikan
itu. Dia membesarkan anak dari orang yang mengkhianati kepercayaannya. Melawan ego
dan rasa dendamnya untuk membesarkan sang anak.
Cerita ini bukan tentang dongeng kebanyakan yang sering kita
dengar. Tidak melulu tentang pangeran dan sang putri. Tapi, ini tentang cinta
ibu pada sang anak.
Di Maleficent kedua, jelas terlihat bahwa karakter Maleficent
masih menyimpan rasa trauma dan kebencian terhadap manusia. Sebagai ibu angkat
dari Aurora, ia juga melarangnya untuk menikahi manusia.
Bukan tanpa suatu alasan ia melarang sang anak.
Karena, trauma yang ia alami. Dan, pengkhianatan yang tak
mudah untuk dilupakan. Membuat Maleficent tidak percaya lagi dengan cinta dan
manusia. Aurora amat mencintai Philips. Pun sebaliknya. Tapi, Maleficent takut.
Takut jika sang anak perempuan akan mendapat perlakuan yang sama seperti
dirinya.
Dan, sekali lagi. Unconditional
love yang Maleficent punya mampu mengalahkan egonya.
Demi melihat sang anak bahagia, ia melangkah maju untuk
mendampingi Aurora bertemu dengan ‘calon’ keluarga barunya. Ia meruntuhkan
dinding egonya untuk berusaha percaya bahwa ia bisa kembali hidup berdampingan
dengan manusia, seperti dulu.
Sayang beribu sayang, ternyata Maleficent menghadapi
pengkhianatan dari sang Ratu, ibunda Philips. Dan, Maleficent kembali terluka. Rasa
percaya yang berusaha ia tanam pun terenggut begitu saja.
"Love, doesn't always end well, Beasty" - Maleficent
Cinta memang membutakan segalanya. Cinta Aurora pada
Philips, sempat membuatnya ‘buta’ akan fitnah yang dilakukan sang Ratu pada ibu
angkatnya. Aurora lebih memilih mempercayai sang Ratu yang memfitnah Maleficent
di hari pertama ia bertemu dengan keluarga kerajaan.
Pun begitu, cinta Maleficent terhadap Aurora. Ia dapat lagi,
lagi, dan lagi, meruntuhkan egonya untuk melindungi sang anak. Saat ia berada di
ujung tanduk antara hidup dan mati, Maleficent justru lebih memilih
mengorbankan dirinya untuk melindungi sang anak.

Dan, lagi, kita kembali dibuat terharu oleh cinta Maleficent
terhadap anak angkatnya, Aurora.
Jika kalian berharap Maleficent akan memberikan sisi romansa
antara Aurora dan Philips, kalian salah. Ini bukan kisah dongeng yang sering
kalian dengar. Dongeng yang satu ini, tidak menceritakan romansa kisah dua
insan manusia yang sedang jatuh cinta. Melainkan bercerita tentang, bagaimana kasih
sayang bahkan bisa tumbuh tanpa perlu adanya hubungan darah.
Sebuah cerita dongeng yang memberi pesan, betapa cinta bisa
membahayakan.
Cinta bisa meredam dendam. Juga, bisa membangkitkan dendam.
Mungkin tidak ada kata-kata yang baik untuk meredam amarah
saat kalian merasa tersakiti dan terkhianati.
Tapi, mungkin, setiap luka memang ada penyembuhnya. Hanya saja,
kita tidak pernah menyadarinya.
Dan, setiap orang pada dasarnya memiliki hati yang baik. Hanya
saja, terkadang, kekecewaanlah yang merubah mereka.
Maleficent is Angeline Jolie. And, will always be...
2 comments
Akhirnya ada postingan baruuu.. Welkembek~
ReplyDeleteSebenernya unconditional love-nya Maleficent itu jatuhnya anugrah apa kutukan? Kasian dikhianati terus :(
Apakah orang tidak baik adalah orang yang kecewa?
Hwaaa, Nanoki... Glad to be back...
DeleteSemoga mood nulisnya udah bisa kembali dengan baik huhu.
Ada pengkhianatan di dunia ini yang ga pernah putus :") seems like curse, maybe?