[Review] Beautiful World: Kekerasan, Keadilan, dan Jabatan.
K-Drama yang masih On Going ini menceritakan bagaimana
kehidupan seorang siswa SMP yang mendapat perlakuan tidak wajar dari
teman-temannya. Ya, kasus yang juga sedang banyak dibicarakan di Indonesia, bullying. Kasus yang selalu membuat kita
ingin mengutuk siapapun para pelakunya.
Stop bullying juga sudah didengungkan oleh banyak orang. Hingga banyak
artikel yang turut mengulas untuk menghentikan kekerasan dan perundungan. Sayangnya,
setiap cara memiliki batasan yang dijangkaunya. Dan, sayangnya usaha kita untuk
menghentikan perundungan belum menyentuh semua kalangan masyarakat dan
anak-anak.
Drama ini bukan hanya menarik,
tapi juga memiliki pesan yang tersirat bagi para penontonnya. Pesannya tidak
hanya untuk anak-anak. Tapi, juga untuk para orang tua, hingga tetangga. Bahkan,
ini juga menyampaikan pesan untuk kita sebagai masyarakat.
Berkenalan dengan Seon Ho, siswa SMP
yang mendapat perlakuan bullying oleh
teman-temannya. Ditemukan terjatuh dari atap sekolahnya. Dan, rumor pun menimpa
kasus ini sebagai percobaan bunuh diri.
Seluruh temannya pun diinterogasi
oleh penyidik. Tapi, sayangnya, penyelidikan berjalan sangat singkat. Dengan alasan
mereka yang masih di bawah umur.
Sampe sini, udah geregetan? Sama.
Seiring berjalannya cerita, kasus
ini memang menunjukkan adanya perundungan yang dilakukan oleh teman-teman Seon
Ho. Sayangnya, lagi, salah satu pelakunya adalah anak dari Dirut sekolah di
mana Seon Ho belajar. Si orang tua pelaku pun melindungi anaknya dari kasus
ini. Bahkan, ia pun membuat kasus perundungan ini seolah menjadi benar-benar
kasus bunuh diri. Para pelaku sibuk menghapus bukti dan menyusun alibi.
Udah geregetan? Banget.
Kasus ini ditutup sebagai
percobaan bunuh diri.
Kedua orang tua Seon Ho nangis
sejadinya. Karena, dia merasa ada yang gak beres dengan kasus si anak yang
sekarang lagi terbaring koma karena mati otak. Dan, keluarga Seon Ho terus
berjuang untuk mencari tau penyebab sebenarnya yang membuat anaknya terkapar
tak berdaya sekarang. Mereka berjuang untuk keadilan sang anak. Mereka berjuang
untuk membuktikan bahwa sang anak adalah korban dari kekerasan oleh
teman-temannya.
Cobaan gak berhenti di situ. Berlanjut
ke orang tua para teman-temannya Seon Ho yang justru gak ada rasa simpatinya. Bahkan,
gak perduli dengan kasus yang sedang menimpa Seon Ho. Beralih ke tetangganya,
yang justru bersyukur bahwa Seon Ho melompat dari atap gedung sekolah. Bukan di
Apartementnya.
“Untunglah dia melompat dari atap sekolah. Kalo dia lompat dari
Apartemen kita ini, maka harga Apartemen kita akan jatuh.” – kata salah satu
tetangganya.
Bayangkan betapa
komentar-komentar jahat seperti itu sampe ke telinga orang tuanya Seon Ho.
Bayangin gimana sakitnya?
Di drama ini juga ada scene di
mana teman-temannya adiknya Seon Ho ikut bergunjing tentang rumors percobaan bunuh diri Seon Ho. Mirisnya,
mereka bergunjing atas perkataan yang diucapkan oleh kedua orang tuanya.
Anak-anak memang mudah untuk
meniru apa yang dilakukan kedua orang tuanya, bukan? Maka, ada baiknya sebagai
orang tua untuk terus mencontohkan hal-hal positif pada sang anak. Atasan gue
kebetulan adalah seorang psikolog anak, beliau sering banget ngasih gue
wejangan gimana jadi orang tua yang baik, kelak. Dengan tidak memberikan contoh
perkataan atau tindakan negatif di depan sang anak.
Bullying, jelas sebuah kasus yang harus diusut sampai tuntas. Sudah
begitu banyak kasus di dunia yang memakan banyak nyawa. Akan ‘kah kita hanya
diam saja? Sudah berapa banyak anak-anak yang mengalami trauma karena bullying? Lantas, apakah kita hanya akan
melihat saja? Hanya karena itu terjadi dengan orang lain, bukan berarti kita
bisa mengabaikannya.
Dan, memayungi pelaku bullying
hanya karena jabatan tertentu pun bukanlah tindakan yang bijak.
Teruntuk para orang tua, peka-lah
dengan keadaan sang anak. Sering-seringlah membuka obrolan santai agar kalian
tau keadaan sang anak. Dengarkan dan pahami cerita sang anak. Korban bullying cenderung bungkam. Bahkan dengan
keluarga sekali pun. Kenapa? Mereka khawatir cerita mereka tidak didengar. Memendam
suatu perasaan bukanlah hal yang baik. Kemana lagi anak harus membagi kisahnya
jika bukan pada keluarga? Anak yang kelihatannya baik-baik saja pun bukan
berarti ia memang baik-baik saja.
Teruntuk tetangga. Jangan sesekali
tertawa di atas kepedihan orang lain. Atau, menjadikan kisah pilu orang lain
sebagai bahan ghibahan. Tidak ada ‘kah sedikit simpati-mu untuk tetanggamu
sendiri? Dan, jangan menyebar rumors
yang kiranya akan memperburuk suasana. Kita bahkan tidak pernah tau akan
kebenaran dari suatu cerita. Cerita itu memiliki tiga sisi: cerita versi kamu,
cerita versi mereka, dan kebenaran cerita itu sendiri.
Dan, teruntuk kita, masyarakat. Perundungan
harus berhenti di sini. Di mulai dari diri kita. Berhenti melontarkan
perkataan-perkataan yang bisa menyakiti orang lain. Dan, beranilah bertindak
saat melihat orang lain mengalami bullying.
Jika kita bisa bersatu untuk saling melindungi, bukan tidak mungkin bullying
bisa kita atasi.
Jangan biarkan mereka melewati
masa sulitnya sendirian. Bullying bukan
hal yang main-main. Bahkan, nyawa bisa jadi taruhannya. Harus berapa banyak
nyawa lagi yang hilang untuk membuat kita sadar?
Bullying harus berhenti di sini. Jangan ada lagi anak-anak yang
kehilangan kebahagiaannya karena perundungan. Jangan lagi ada nyawa yang
melayang.
Jika kita terluka fisik, mungkin
masih bisa diobati. Tapi, jika yang terluka adalah perasaan dan psikologis
seseorang. Itu akan membekas. Sampai nanti.
3 comments
salam kunjungan dan follow sini ya :)
ReplyDeleteSumpah jadi penasaran banget sama dramanya, gregetan banget baca review dari kaka, langsung otw download hehehe.
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete