The Great Gatsby: Perfect Imperfection.

by - 1:35 PM




Spoiler alert!

Berbicara tentang cinta gak akan pernah ada habisnya. Sampe ada ungkapan bodoh bagi orang-orang yang mengabdikan hidupnya atas nama cinta.

Semua pun dilakukan demi cinta. Demi mewujudkan mimpi dan harapan bersama ia yang dicintai.

Sebut saja Jay Gatsby, seorang pria miskin yang jatuh cinta dengan perempuan kaya. Ambisinya adalah mengubah takdir hidupnya. Tapi, segala usaha ambisiusnya lenyap seketika saat ia mengenal cinta.

“Seseorang sepertiku tidak boleh merasakan jatuh cinta,” katanya.

Segala cara dan usaha ia lakukan untuk cintanya. Hingga ia dihadapkan dengan takdir yang mengharuskannya berpisah sementara oleh sang cinta untuk pergi berperang.

Daisy, namanya. Satu-satunya cinta yang Gatsby bawa hingga akhir hidupnya.

Waktu demi waktu, Daisy menunggu Gatsby kembali dari perangnya. Namun, sebuah kabar datang menghancurkannya. Dan, Gatsby tidak kunjung tiba menjemputnya.

Menunggu tanpa kepastian itu memang melelahkan, bukan? Seperti menggantungkan mimpimu pada sebuah tali tipis pada langit-langit harapan. Terombang-ambing terhembus sang angin. Hanya perlu menunggu waktu hingga sang tali terputus dan jatuh.

Daisy akhirnya menikah dengan Tom. Lima tahun berpisah dengan Gatsby, semesta membentuk Daisy jadi pribadi yang baru. Dari seorang perempuan yang sama sekali tidak mencintai suaminya, hingga ia berubah jadi istri yang begitu mencintai suaminya.

Sayangnya, sosok Tom tidak jauh lebih baik dari Gatsby. Meski Gatsby melakukan banyak kejahatan untuk mendapatkan uang dan memiliki harta yang berlimpah demi pantas bersanding dengan Daisy. Tapi, Tom, justru tidak pernah bersyukur atas apa yang ia punya di hidupnya.

Memiliki seorang pendamping tidaklah cukup baginya. Tom berselingkuh dengan perempuan lain. Daisy tau, tapi ia memaafkan dan terus bertahan.

“Cantik tapi bodoh.” Begitu ungkapan Daisy.

Tapi, bukan ‘kah cinta selalu memaafkan? Atau, cinta memang terlalu buta untuk menerima kenyataan?

Kenyataan bahwa Daisy sudah menjadi milik orang lain.

Di suatu hari yang tidak pernah diduga, Daisy kembali bertemu dengan cinta lamanya, Gatsby. Memperjuangkan Daisy sebagai bagian dari mimpi-mimpinya. Berusaha menembus takdir yang sudah dibuat semesta.

Gatsby, laki-laki miskin yang berjuang untuk menaikkan kastanya agar bisa menikahi orang yang ia cintai. Laki-laki yang berjuang melakukan apapun untuk kembali dengan sang cinta. Bahkan, rela memandang cintanya digandeng laki-laki lain dengan harapan dapat merebutnya kembali.

Tidak mudah untuk hidup bertentangan dengan semesta. Gatsby berjuang untuk sang cinta. Tanpa ia sadari, bahwa sang cinta sudah berpaling ke orang lain.

Merasa berhak atas cinta Daisy, Gatsby pun meminta Daisy untuk meninggalkan Tom.

Gatsby lupa, celah yang terbentang di antara mereka telah diisi oleh sosok Tom di hidup Daisy. Ambisi Gatsby teramat besar. Cintanya juga sungguh besar. Tapi, cinta yang besar tidak bisa berjuang jika hanya sendiri, kan?

Pada akhirnya, Gatsby meninggal tanpa ada satu pun cinta di sampingnya. Ia meninggal dengan membawa kesalahan Daisy yang ia tutupi dari dunia. 

Di mana Daisy yang ia perjuangkan?
Di mana Daisy yang ia harapkan?
Di mana Daisy yang merupakan bagian dari mimpi kehidupannya?

Daisy seolah acuh dan tutup telinga tanpa mau perduli lagi dengan Gatsby.

Seharusnya Gatsby sadar, bahwa cintanya bukan lagi miliknya.
Seharusnya Gatsby berhenti melangkah, untuk meraih apa yang tidak mungkin jadi miliknya.
Seharusnya Gatsby berhenti merangkai mimpi seolah itu akan jadi kenyataan.

Iya, seharusnya...

Lagi-lagi, cinta selalu menang atas segalanya.

Menang untuk membuat orang buta dan tidak berdaya. Tunduk pada cinta yang selalu menjanjikan kebahagiaan. Tanpa pernah mau sadar, bahwa cinta juga bisa membawa kehancuran.

Sebuah ungkapan pernah melintas di telinga. Bunyinya begini: semua orang itu pintar, hingga pada saatnya mereka mengenal cinta.



Rate: 8.5/10

You May Also Like

1 comments