#ChitChatNN: Makhluk Sosial, Care, Publik Figur.
Haaaai, btw, i’m so excited. Karena, ini adalah kali
kedua gue berkolaborasi materi bareng bloggermatte,
Dwi Nanoki. Yaaaassss, ini adalah materi kedua soal #ChitChatNN.
Btw, kalian bisa baca pembahasan Dwi Nanoki soal: Pembenaran Untuk Menjadi Diri Sendiri. DISINI
Btw, kalian bisa baca pembahasan Dwi Nanoki soal: Pembenaran Untuk Menjadi Diri Sendiri. DISINI
Setelah, saling mengajukan judul materi beberapa hari yang
lalu, akhirnya terpilihlah satu untuk jadi pembahasan kali ini. And, ya,
setelah mempertimbangkan bibit, bobot, dan bebetnya. So, yep. Here we gooo...
Lebih
baik tampil pencitraan didepan publik atau tampil apa adanya seburuk apapun
itu?
Masih ingat dengan Karin Novilda, atau yang biasa lebih
dikenal dengan awkarin?
Ya, baru-baru ini dia berpasangan duet dengan salah satu
rapper asal Indonesia, Young Lex. Jelas itu menuai banyak kritikan dari haters.
Banyak yang bilang liriknya gak banget, videonya terlalu menjiplak, dan lain
sebagainya. Lagu yang berjudul Bad dengan lirik menyinggung banyak haters itu
sudah dilihat 2jutaan viewers dalam hari ke-lima setelah rilis.
Ngomong-ngomong soal awkarin, kayaknya gak ada habisnya.
Dari yang anak-anak kecil mengidolakan dia sampe yang mencaci-maki dia. Soal
tata cara bahasanya yang kasar, pakaiannya, sampai isi konten vlognya dia. Rasanya,
haters nyaris gak keabisan cara buat ngebully dia.
Dari bahasanya yang nyindir halus, sampai yang kasar banget.
Rasanya, sosok awkarin ini gak pernah lepas dari hujatan netizen. Ternyata,
tangan bisa lebih tajam dari mulut ya sekarang.
Mungkin, kalau awkarin bisa lebih santun atau memperbaiki
isi konten vlognya, dia bisa lebih ‘safe’ dari hujatan haters. Tapi,
pencitraan? Apa itu perlu?
Mungkin gak ada salahnya sih buat tampil apa adanya dan
sedikit bersifat munafik di depan kamera. Kalo lu mau cari titik ‘aman’, of
course ya pencitraan itu diperlukan. Tapi, tampil apa adanya juga gak salah. Asalkan
masih dalam batas-batas tertentu atau bisa diartika kebebasan menjadi diri
sendiri yang bertanggung jawab.
Kita gak bisa juga langsung ngejudge seseorang yang berusaha tampil baik didepan kamera adalah
pencitraan. Menurut gue, kita gak perlu menghujat mereka yang berusah tampil
baik didepan kamera adalah pencitraan. Ya setidaknya mereka sudah berusaha
untuk menjadi baik.
Tapi, literally, mau
lo tampil sebaik apapun atau malah seburuk apapun, lo gak akan lepas dari yang
namanya haters.
Haters, akan selalu identik dengan kebencian, ketidaksukaan,
dan kritikan diluar batas kewajaran.
Haters be like; kita kan makhluk sosial harus saling
mengingatkan, kalau gak mau diingetin ya hidup aja sendirian di hutan.
Tamengnya? Dengan beralaskan kita adalah makhluk sosial yang harus saling mengingatkan. Tapi,
bukan berarti kita bisa menghujat habis-habisan dengan orang yang berangkutan.
Ini harus diingat, kritik dan hujatan itu sekarang beda
tipis. Tapi, tindakkannya jelas jauh berbeda.
Ketika lo memberi komentar atas apa yang dia lakuin dan apa
yang dia kenakan, dan memberi masukkan serta saran untuk menjadi lebih baik,
itu namanya kritik.
Tapi, ketika lo udah menggunakan kata-kata kasar dan memaki
tanpa ada saran yang lebih baik, itu bukan lagi kritik. Melainkan hujatan, yang
akan selalu diidentikan dengan haters.
Mungkin menurut gue lebih tepatnya kayak gini, kalian boleh
mengkritik dan mengingatkan satu sama lain, tapi harus dengan menggunakan etika
dalam berbahasa. Bukan dengan beralaskan saling mengingatkan, lantas menghujat
dan membully itu diperbolehkan. Kalo kalian menghujat lantaran bahasanya yang
terlalu kotor dan vulgar, lalu kita juga menghujat dengan bahasa-bahasa yang
kotor juga, bukannya itu menandakan kalo kita sama aja kayak dia? Orang bisa
belajar menjadi lebih baik karena mencontoh, indeed. Coba deh beri dia contoh menasehati yang baik, bukan justru
menghujat. Karena, menghujat tidak menyelesaikan masalah apapun. Trust me.
Yang ada, kalian membuat dia semakin ‘liar’ karena hujatan.
Berusaha menunjukkan kalau hujatan kalian gak ada efeknya. Dan, gak mengubah
apapun.
Terkait isi konten dia yang terlalu ‘vulgar’ dan dianggap
bisa merusak generasi bangsa. Kenapa kita gak berpandangan luas soal; balik
lagi ke tugas orang tua masing-masing? Tugas orang tua itu gak hanya cari
nafkah, dan mengisi materi buat sang anak. Tapi, juga mendidik dan membimbing
dia untuk terus berada dijalan yang benar. Contoh; dengan wejangan-wejangan yang baik.
Kalian tau, kalau banyak konten youtube yang gak pake age restricted, kenapa gak diarahin buat
anak-anaknya yang suka main sosmed untuk gak mencontoh perilaku gak baik dari
si awkarin ini? Kenapa kita harus sibuk menghujat yang gak ada efeknya,
dibanding memberi edukasi sama anak sendiri tentang mana yang harus dicontoh
dan tidak.
Kenapa kita harus sibuk sama apa yang dipost orang lain,
sampai kita lupa sama tugas kita masing-masing sebagai orang tua?
At the end, i just
wanna say..
Untuk awkarin, please
be wise untuk menerima segala kritikan haters. Yang memang sebenarnya
tujuan mereka adalah untuk mengingatkan, dan mengharapkan lo menjadi lebih
baik.
Dan, untuk hatersnya, please
be wise untuk mengatur lagi kalimat yang pantas untuk mengingatkan. Karena,
pada dasarnya, membully tidak
menyelesaikan apapun dan memperbaiki apapun.
Someone told me,
“Jangan mengomentari sesuatu yang jelek dengan hujatan kita yang jelek juga. Its useless.”
So, pencitraan atau tampil apa adanya itu gak ada yang
salah. Yang salah adalah, ketika kalian gak bisa mengontrol sudut pandang
kalian, dan membiarkan tangan kalian menghujat yang tidak ada gunanya. Be wise, guys. And, do not act cyberbullying.
0 comments