MOS, ajang untuk balas dendam senior?
Hallo… adik-adik kelas.
Selamat memasuki tahun
ajaran baru bagi yang baru masuk SMP, SMA, maupun kuliah.
Setiap ada tahun
ajaran baru, it’s mean ada sebuah ‘tradisi’
yang selalu menyita perhatian berbagai kalangan.
Masa Orientasi Siswa
a.k.a MOS.
Sebenarnya apa sih
arti dari MOS itu sendiri?
Menurut sumber yang
gue percaya alias Mbah Gugel, MOS itu adalah sebuah kegiatan untuk membantu
para siswa/I baru agar mengenal lingkungan sekolahnya dengan baik.
Itu artian secara
formalnya. Sedangkan, untuk artian dalam realitanya saat ini adalah:
1.
Ajang balas
dendam senior?
2.
Ajang
eksis sebagai senior?
3.
Kegiatan yang
mengajarkan segala tindakan Pembullyan, penindasan
dari senior ke calon para juniornya?
4.
Atau,
kegiatan yang mengatasnamakan dengan tujuan agar melatih mental siswa (?)
Unik sih kalau
kegiatan MOS membuat anak-anak jadi lebih kreatif, seperti membuat tas dari
kardus atau kain, dsb.
Tapi, apakah fungsinya
masih tetap sama jika, mereka, para ‘senior’ membuat anak didiknya menjadi malu
di depan umum? Seperti menyuruh merubah penampilan mereka dengan tampilan yang
aneh-aneh, atau berbicara dengan nada keras alias membentak agar terlihat cool, atau berjalan lenggak-lenggok dan
bersikap bak seorang boss a.k.a bossy?
Mungkin kegiatan MOS
itu tidaklah salah, karena tujuannya yang sebenarnya adalah mengenalkan
lingkungan sekolah pada calon peserta didik baru.
Tapi, seiring
berlalunya jaman. Kegiatan MOS ini semakin tidak wajar. Seperti, menjadikan MOS
ini sebagai kegiatan yang lebih banyak mengajarkan kekerasan atau penindasan
senior terhadap para juniornya. Akhirnya, kegiatan MOS menjadi sebuah momok
yang menakutkan bagi mereka yang akan menjadi siswa baru di sekolahnya.
Senioritas…
Masih perlukah adanya
senioritas di kalangan pelajar?
Gue rasa itu
benar-benar tidak diperlukan. Untuk apa? Untuk membedakan mana yang senior dan
yang junior? Untuk memberitahu siapa yang paling berhak berkuasa? Atau untuk
melakukan penindasan seenaknya dan pembullyan bagi siswa lain yang dianggap
lemah dan tidak bisa apa-apa?
Dan, bukti bahwa
kegiatan MOS ini sudah sangat menyimpang dari substansinya adalah:
Kasus MOS yang memakan
korban jiwa, pada Tahun:
2009, Roy Aditya
Perkasa, siswa SMA Negeri di Surabaya tewas setelah mengikuti MOS di
sekolahnya.
2011, Amanda, siswi
SMA Negeri di Ciputat – Tangerang Selatan, meninggal dunia ketika mengikuti
MOS. Karena ia tak lengkap membawa atribut, lalu dihukum berjemur di tengah
lapangan.
Dan masih banyak lagi
beberapa kasus MOS ini memakan korban jiwa.
Lantas, jika sudah
begini, siapa yang akan saling menyalahkan?
Gue pun pernah
merasakan di MOS. Alhasil, yang gue dapet, bukan sebuah pembelajaran berarti. Melainkan
hanya sebuah kegiatan yang memperlihatkan garangnya senior yang harus untuk
dihormati.
At the end, sebenarnya apa arti MOS untuk kalian? Masih perlukah MOS diadakan? Masih
pantaskah mereka yang merasa senior menghakimi mereka yang lemah? Masih haruskan
pembullyan terjadi?
Stop pembullyan & tindak kekerasan
dikalangan pelajar!
Tertuju untuk; mereka yang merasa senior.
Tembusan untuk; mantan senior kelas gue yang
pernah nge-MOS gue.
Dari; mantan adik kelas mu.
2 comments
Seharusnya yang jadi petugas MOS adalah guru
ReplyDeleteIya bener banget itu, harus guru biar ga bersifat balas demdam jadinya
Delete