JKT I'm (still) in love!

by - 8:53 PM



Hidup di sebuah kota yang ruwet disetiap harinya, kadang membuat jiwa dan pikiran kita membawa aura negative. Terkadang, orang yang hidup di kota maju, yang setiap hari dipusingkan oleh ramainya jalanan dan suasananya yang tidak pernah damai, perlu untuk merefresh dirinya sejenak.

Menjauhi riweuhnya jalanan kota Jakarta.
Menjauhi bisingnya suara jalanan kota Jakarta.
Dan, menjauhi keramaian kota Jakarta.

Gue mencoba untuk merefresh kembali jiwa, raga, dan pikiran gue yang mulai kacau.

Jakarta; Kota yang selalu gue harap bisa menjadi Kota dambaan setiap orang yang datang. Kota yang selalu gue rindukan tiap kali pergi jauh. Dan, kota yang gue tinggali belasan tahun.

Tapi, Jakarta yang sekarang bukan lagi Kota yang ramah pada setiap pendatang.

Jakarta yang sekarang berubah menjadi sebuah Kota dengan segudang masalah yang tak kunjung selesai.

Jalanannya yang macet, banjir disudut kota, belum lagi tindak kriminal yang semakin merajalela.

Meski begitu, kota ini lah yang menjadi saksi gimana gue tumbuh dari nol sampe sekarang.

Mungkin gue memang bukan penduduk Jakarta asli, tapi gue tumbuh dan besar disini, dan ber KTP domisili Jakarta. And, I’m still in love with this traffic city. Meski kadang kemacetannya yang memusingkan, bahkan sampai kata-kata kasar pengguna jalan sering gue dengar, gue tetep cinta sama kota ini.

Kemacetan Jakarta yang akhir-akhir bulan puasa lalu semakin menjadi. Membuat pikiran gue kacau. Makin males jalan kemana-mana. Karena mau jalan jam berapapun pasti bakal kejebak macet.

Sampe akhirnya, gue ada waktu senggang untuk memisahkan diri dari suasana ramainya kota yang megah ini.

Selama 7 hari gue mudik a.k.a pulang kampung; ke Lampung lebih tepatnya. Dengan menyusuri jalanan Jakarta pada malam hari. Gue melihat sudut demi sudut kota yang selalu sibuk ini. Satu-satunya waktu dimana kota ini bisa tenang dan damai adalah ketika malam hari. Lampu gedung dan lampu jalanan yang menghiasi malam. Sangat indah. Satu hal yang harus kalian tahu, dibalik ruwetnya aktivitas Kota Jakarta, ada saat dimana kota ini menciptakan suasana yang amat sangat nyaman dan indah untuk dipandang.

Singkat cerita, gue tiba di salah satu kota paling ujung bawah pulau sebrang Jawa.

Lampung.

Daerah yang masih dipenuhi dataran tinggi dinding gunung yang dipenuhi dengan pepohonan yang membentuk hutan. Jalanan kecil yang dikelilingi oleh hutan-hutan kecil.

Jelas suasana yang gue dapet disini sangat berbeda pada saat gue ada di Jakarta. Suasana yang tenang jauh dari keramaian kota. Hamparan laut pelabuhan bakauheni yang menyita perhatian saat itu. Pemandangan pepohonan sepanjang jalan. Sampai, hijaunya sawah yang membentang.

Setidaknya, dalam waktu singkat ini, gue pergunakan sebaik-baiknya dengan menikmati liburan disini. Ya walaupun pas sampe sini provider eXeL gue gak dapet sinyal dan harus ganti dengan Simpatik, at least gue tetep bisa menikmati suasana desa sambil tetep “jalan-jalan” di social media.

7 hari mungkin waktu yang singkat untuk menikmati liburan. Tapi, dalam waktu sesingkat itu, gue bisa mengembalikan segala ide gila diotak gue yang mulai ketutup stres, dan mengumpulkan jiwa & raga gue yang udah mulai melayang di awang-awang gak jelas arahnya.

Mencoba untuk menata kembali pikiran gue yang sempet kacau beberapa hari belakangan ini.

Bahkan, disaat gue lagi mau menikmati liburan ini, gue kangen sama kota yang penuh dengan keriweuhan itu. Gue merindukan ibukota yang diisi dengan segudang masalah itu. Gue kangen Jakarta. Dan, kamu…

Memang benar apa kata pepatah; Rumput tetangga kadang memang tampak menggiurkan, tapi tetap lebih enak rumput sendiri.

Bermil-mil jauhnya jarak, ditengah hamparan pemandangan yang indah, dan gue disini tetep merindukan Jakarta.

Mungkin ini tulisan gue yang kesekian yang gue tulis tentang Jakarta. Kenapa harus selalu Jakarta? Karena gue peduli sama Jakarta, makanya selalu gue ingetin buat kalian, yuk bareng-bareng jaga kota tercinta ini.

Gak mau kan kalo kota Jakarta dibilang sebagai kota yang tidak layak huni lagi karena makin kejam dan kerasnya lingkungan Jakarta?
Gak mau kan ibukota Indonesia pindah tempat Cuma gara-gara Jakarta yang makin macet dan selalu banjir?

Gue emang gak hidup disaat Jakarta ditahun 90an. Tapi gue yakin, saat itu, Jakarta adalah kota yang ramah dan didambakan setiap orang.

Saat ini, gue gak muluk-muluk minta perubahan Jakarta, gue mau lihat Jakarta yang ramah lagi. Yang gak banyak memakan korban jiwa disetiap jalanan ibukota. Yang gak banyak jadi tempat pembuangan sampah liar. Dan, jadi kota yang layak disebut sebagai Ibukota Indonesia.

At the end, gue mau pesen buat kalian yang mudik; jangan bawa saudara lagi ya kesini, Jakarta udah penuh men. Kalo bisa diukur, oksigen bersih mungkin pada berebut menghirupnya.

Dan. Buat kalian para penggemar batu. Wajib dateng ke Lampung. Disana banyak bahan bisa diolah jadi batu.


Ini oleh oleh buat kalian dari sebrang pulau Jawa. Gak seberapa memang, tapi kepuasaan hati tersendiri liat pemandangan yang gak pernah kalian lihat di Ibukota.









You May Also Like

0 comments