Hari ini aku merasakan cintaku seolah keluar dari raganya.
Raga yang telah lama menjadi tempat bersandarnya.
Raga yang telah menemaninya melewati suka dan duka.
Mungkinkah cinta ini telah berpaling dari sang pemiliknya?

Nafasku seolah berat saat ku ingat tentangmu. Tentang kita.
Yang semakin menjauh terhalang batu.
Mungkinkah ini pertanda, bahwa kita tidak ditakdirkan untuk bersama?
Ingatanku melayang jauh pada sosok dirimu yang ku rindukan.
Aku mecintaimu dengan segenap hatiku, sayang.
Percayalah, hati ini masih untukmu.

Setiap hembusan nafasku sampai detik ini masih milikmu.
Setiap detak jantungku sampai detik ini masih menyebut namamu.
Setiap bagian-bagian kecil mimpiku ini masih milikmu.

Hanya saja, kini terdapat satu ruang kosong yang mulai hampa.
Yang tidak lagi dapat diisi hanya dengan mengingatmu.
Ruang kosong yang membawaku jauh tenggelam kedalam asaku.
Mencari-cari dirimu, memanggil-manggil namamu.
Yang mulai hilang ditelan sang waktu.

Bukan, bukan karena hatiku, tak lagi milikmu.
Melainkan hatiku sudah cukup lelah menghadapi rasa kecewaku karenamu.
Aku ingin seperti mereka; menjadi wanita satu-satunya didalam hidup, menjadi alasan untuk selalu tersenyum, menjadi alasan untuk bertahan.

Sayang, jika memang waktu tak menyatukan kita.
Percayalah, dengan siapapun aku bersama kelak, kau akan selalu ku cinta.
Meski raga kita terpisah jarak,
Percayalah, jiwaku tak mengenal batas.

Karena sejauh apapun jarak,
Do’a akan selalu sampai.

Bahkan, sampai kenangan kita tertutup debu pun, kau akan selalu ku ingat.
Hingga ingatanku terpupus umur pun, namamu akan selalu ku dekap.

Kadang, cinta hanya mempertemukan.
Bukan, menyatukan.

Kadang, cinta hanya menyapa.
Bukan, merangkul untuk bersama.

Kadang, cinta hanya sebatas kau dan aku.
Bukan, tentang kita.

Dan, kadang..
Cinta hanya sebatas kata pacaran.
Bukan, pernikahan.

Tapi, meski aku bukan tulang rusukmu.
Setidaknya, seluruh do’a ku pernah untukmu.
Selama cinta ini masih milikmu, hanya namamu yang akan selalu ku sebut dan ku rindu.