Aku ikhlas, Tuhan.. (Back To December)

by - 12:24 PM





“Ka, udah. Semua udah takdir Tuhan. Mungkin ini yang terbaik yang diberi Tuhan agar Aldi tidak lagi merasakan kesakitan yang ia derita. Lu harus ikhlas, ya. Kasihan juga kan kalau dia harus terus-terusan hidup melawan rasa sakitnya itu,” ucap salah satu sahabatku, mencoba meyakinkanku bahwa ia telah tiada.

Aldi. Ya, namanya aldi. Seorang yang luar biasa dimataku. Dia mampu melawan sakitnya sendirian. Dia mampu bertahan melawan rasa sakit yang ia derita. Multiple Sclerosis. Suatu penyakit dimana syaraf-syaraf dari sistim syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang atau spinal cord) memburuk atau degenerasi. Ketika semakin banyak syaraf-syaraf yang terpengaruh, seorang pasien mengalami suatu gangguan yang progresif pada fungsi-fungsi yang dikontrol oleh sistim syaraf seperti penglihatan, kemampuan berbicara, berjalan, menulis, dan ingatan.

Dia mampu bertahan setidaknya 6 bulan melawan penyakit itu. 6 bulan kita bersama. Dan 6 bulan tanpa pernah kamu menunjukkan rasa sakitmu dihadapanku. Tapi malam itu, handphoneku berdering. Namun aku lebih asik dengan teman-temanku, yang kebetulan aku sedang berada dirumah salah satu temanku. Aku tidak memperdulikan panggilanmu.

Sesampainya di rumah, ku lihat handphoneku. 10 panggilan tak terjawab, dan 2 pesan yang ku terima. Masih saja ku abaikan. Aku bergegas untuk mandi dan istirahat sejenak. Setelah kira-kira 30 menit aku bersantai, ku buka pesan di handphoneku. Darimu! Semua pesan itu darimu. Ku baca satu per satu.

“Ka, tolong ke rumah sebentar. Kepalaku terasa sakit. Aku ingin mengambil obat yang ada di meja makan. Tapi kepalaku sakit sekali, kakiku tidak bisa digerakkan. Kedua orang tuaku sedang tidak ada disini. Tolong.” katanya, disalah satu pesan.

Kemudian kubaca lagi pesannya, dia menyuruhku mengangkat telfon darinya. Tanpa membalas pesannya segera aku datang ke rumahnya. Yang kebetulan rumahnya tidak berada jauh dari rumahku. Sesampainya ku di rumahnya, salah seorang pembantunya berkata bahwa dia sudah dilarikan ke rumah sakit.

Tersontak aku kaget, aku segera bergegas menuju rumah sakit. Namun apa yang ku lihat. Seorang lelaki sudah terbujur kaku ditutupi kain putih. Aku berharap itu bukan kamu. Ku buka kain yang menutupi wajahnya, dan...

Spontan aku berteriak, memanggil namamu. Seperti tidak percaya, lelaki yang dihadapanku sekarang adalah kamu. Berkali-kali aku menggoyakan badanmu. Berharap kau akan bangun dari tidurmu yang panjang. Berharap kau akan bangun dan menyebut namaku. Berkali-kali juga aku meyakinkan diriku bahwa kamu telah tiada.

Malam itu, udara seperti menusuk ke jantungku. Entah apa yang aku rasakan, ingin rasanya aku teriak. Aku benci diriku sendiri. Penyesalan terhadap diriku yang tidak hentinya aku ucapkan. Andai disaat kamu membutuhkanku  aku segera datang, pasti kamu akan tetap hidup bersamaku saat ini.

***

Pagi ini, aku akan melihat orang yang ku sayangi selama ini dibawa ke tempat peristirahatan terakhirnya. Sesak. Dadaku sesak. Airmata tidak berhenti mengalir. Ku cium keningmu untuk yang terakhir kalinya. Ku usap wajahmu untuk yang terakhir kalinya.

Ya Tuhan, aku belum siap. Aku belum siap jika harus kehilangannya saat ini. Aku masih membutuhkannya. Beri aku waktu sedikit lebih lama bersamanya, Tuhan..

Langit tanpa matahari hari itu, menambah dukaku semakin mendalam. Membuat penyesalanku memuncak. Tanah-tanah merah semakin rapat menutupi dirimu. Dan kini, tidak lagi ku lihat kain kaffan putih yang membalut tubuhmu. Hanya tanah merah yang kini ada dihadapanku.

Waktu semakin berlalu, semua orang telah pergi meninggalkanku sendiri disini. Entah apa yang membuatku enggan beranjak. Hatiku berat untuk meninggalkan tempat ini. Bahkan airmataku pun tidak mau berhenti menetes.

“Ka, udah yuk pulang. Aldi udah tenang disana. Jangan ditangisin ya. Gue tau kok lu sedih, tapi lu juga harus tetap berjuang buat hidup lu. Udah ya.” ujar salah satu sahabatku yang masih menemaniku saat itu.

Dengan berat hati, aku melangkah pergi. Meninggalkanmu. Berusaha untuk meyakinkan diriku untuk tetap tegar, meski ku tahu itu sangat sulit.

***

Hari ini adalah bulan ketiga tepat setelah kepergianmu. Dan aku, masih saja memandangi pemandangan luar dari balik jendela kamar tidurku. Berharap keajaiban akan datang di hidupku. Yaitu, membawamu kembali ke kehidupanku.

Ya, mungkin  kamu memang telah tiada. Kamu telah jauh berada disana. Ditempat yang aku sendiri tidak tahu. Rasanya masih sulit bagiku untuk merelakanmu pergi dari hidupku. Sulit bagiku untuk menerima kenyataan bahwa kamu tidak akan pernah berada disini lagi.

Hampa.. Mungkin hanya kalimat itu yang dapat menjelaskan perasaanku sekarang. Aku merasa seperti seonggok kayu tak berdaya. Tidak ada gairah untuk tetap hidup. Karena kamulah semangatku untuk menjalani hidupku.

Dinginya udara malam itu menusuk lapisan-lapisan kulitku. Dingin.. Dan terus saja ku berharap kau akan datang memelukku untuk membuatku hangat. Ahh.. Lagi-lagi airmata ini tejatuh tiap kali ku mengingat tentangmu.

“Mau sampai kapan kaya gini, Ka?” tanya seorang sahabatku yang membuatku bingung dengan kehadirannya yang tiba-tiba.

“Ng... Nggak tau, Bil. Nggak tau sampai kapan. Dan nggak tau apa gue bisa ikhlas nerima keadaan ini.”

Airmataku terus mengalir dan semakin deras. Semua rasa sakit itu muncul dengan seiringnya ingatanku yang selalu mengharapkanmu datang.

Life must go on, ka. Dia udah tenang disana. Mungkin dia juga udah bahagia disana. Sekarang giliran lu yang harus membuat hidup lu bahagia. Dengan kondisi lu yang kaya gini, gue yakin disana dia gak akan bahagia.” katanya, yang kemudian menyodorkan tissue kehadapanku.

Ya, dia sahabatku. Yang selama ini selalu menemaniku sejak kepergianmu. Entah sampai kapan aku harus terus berharap kamu akan datang untukku. Entah sampai kapan aku akan sadar bahwa kamu tidak lagi akan datang untuk menemuiku. Entah sampai kapan aku harus seperti ini. Entah...

***

Hari-hari terus berlalu. Membawa semua memoriku padamu yang masih melekat dalam ingatanku. Aku duduk dibawah hujan yang turun rintik-rintik pada hari itu. Terus berharap kau akan datang dihadapanku.

“Ka, lu ngapain disini? Nanti sakit. Masuk yuk ke dalam. Udah deh gak usah berharap yang gak mungkin. Aldi udah gak ada.”

Kalimat itu yang selalu sahabatku bilang. Dan kalimat itu pula yang selalu aku yakinkan pada diriku. Bahwa kamu tidak akan pernah kembali disini.

“Tapi ini hari ulang tahunnya dia, Bil. Dia janji kalau dia ulang tahun dia bakal bawa gue ke pantai. Tempat favorite dia dulu. Gue yakin kok dia bakal nepatin janjinya. Dia itu orangnya gak pernah bohong, Bil.”

“Dia udah gak ada, ka. Dan dia gak akan pernah datang buat nepatin janji itu. Lu mau dia gak tenang di alam sana. Dengan lu terus berharap kaya gini, apa lu fikir dia bakal bahagia disana. Dengan atau tanpa dia, lu harus tetap hidup. Dia bakal bahagia, kalau lu bisa hidup bahagia juga. Ka, gue tau rasanya kehilangan. Tapi dengan lu kaya gini, gak akan bikin dia kembali,” ucap sahabatku, yang terus meyakinkanku dengan kalimatnya yang bijak.

Berkali-kali aku mencoba mencerna kalimatnya. Berkali-kali pula aku berusaha bangkit dari keterpurukanku akan dirimu. Sulit! Namun aku masih memiliki kehidupan yang harus aku jalani. Aku bertekad untuk bangkit. Bukan melupakanmu. Hanya mencoba untuk merelakanmu. Bahwa kamu tidak lagi disini. Dan tidak akan pernah datang untuk menepati janjimu lagi. Aku mencoba...


***

Tepat 3 tahun kepergianmu. Hari ini aku tidak lagi berharap kau akan datang. Tidak lagi berharap kau akan bersamaku disini. Aku telah ikhlas sekarang. Ikhlas menerima kepergianmu. Ikhlas menerima keadaan bahwa kamu telah tiada. Namun, aku tidak akan pernah melupakanmu. Kamu, akan selalu ada disini. Diingatan ini. Kamu dan semua kenangan kita, akan tersimpan apik di memori kehidupanku.

Meskipun kini aku telah bersama yang lain. Percayalah, kamu akan selalu ada tempat didalam ingatanku. Hanya satu harapanku saat ini, kita akan bertemu meskipun hanya dalam mimpi. Aku merindukanmu. Dan lelaki yang kini bersamaku, aku berharap kelak dia bisa mengobati sakit ku karena perihnya kehilangan...







The True Story


Puisi yang masih tersimpan didalam buku hariannya:


ku pandangi kemeja itu
kulihat  warnanya motifnya...
hmm simple yah,
yah jika kau mau tahu se-simple itu aku mencintaimu

ku pandangi lagi kemejaku
warnanya biru,tenang sekali.
yah jika kau mau tahu setenang itu hatiku
setiap mendengar ucapanmu
dan setenang itu aku ingin pergi


ku pandangi lagi kemeja itu
motifnya kotak kotak
seandainya kamu tahu hatiku terbagi bagi seperti itu
saat logika dan hatiku berperang

ku pandangi lg kemeja itu
tanganya pendek
tapi perlu kau tahu cintaku tak sependek itu
tapi entah dengan usiaku

kupegang kemeja itu
kerahnya ternyata keras yah
yah itu sekeras hatimu untuk kutaklukan
dan sekeras hatiku untuk berpaling

entah berapa waktu yang kuhabiskan
untuk memandangi kemeja itu
sampai akhirnya kusadari kemeja itu bukan miliku
tidak bisa untuk ku beli
berapapun uangku.

aku membuka lemariku
ku lihat kemejaku
yah ini punyaku yang selalu ada dilemariku,
yang selalu kutemukan setiap membukanya
yang selalu ku pakai
membuatku terlihat tampan
yah tampan,dengan motifnya yang sederhana
teksturnya lembut,mahal pula

kemeja itu memang murah
untuk pemiliknya tapi tetap mahal untuku
teksturnya tidak selembut yang ku punya
tapi nyamannya luar biasa

aneh yah kasar tapi nyaman??
yah itulah hati,tak sama dengan logika


yah itukan kemeja itu,seperti kemeja yang ku buang beberapa tahun lalu
yang kuabaikan tanpa pernah ku cuci
yang hanya ku gantung tanpa pernah kupakai
mungkin ku sentuhpun tidak,aku asik bermain

sampai akhirnya....

yah sudahlah,malam semakin larut waktunya tidur



Testimoni:





















You May Also Like

8 comments

  1. aaaaa gak gampang emang pasti itu! tapi harus jadi wanita hebat yaaa :')

    ReplyDelete
  2. bukan cuma anda yang kehilangan tapi semuanya..
    tapi yang saya selalu percaya tuhan itu mengambilnya karena ia telah menyelsaikan tugasnya disini ugas membahagiakan semua.. tugas untuk membuatku dan semua mengerti sebagai manusia kita hanya bisa menerima semua dengan berusaha,sampai tuhan sendiri yang menghentikan usaha itu.bukan penyakit yang mebuatku kalah,aku kalah kerana wasit itu telah meniup pluitnya,tanda bahwa aku harus segera mengakhiri semua..(setidaknya itu kata yang saya ingat darinya.)
    tidak bermaksud untuk mengingat semuanya kembali hanya aja saya ingat kamu tadi malam dan menemukan tulisanmu siang ini.

    ReplyDelete
  3. kalau diizinkan saya dari dulu mau buat film ini.. saya punya ayah kerja di film
    bisa saja mungkin buat tanpa izinmu karena saya tau ceritanya.. tapi buat saya ini adalh ceritamu,dan yang akan dibuat filmnya juga ceritamu dengan dia.
    jadi saya masih tunggu izinnya.
    masih tunggu momen untuk duduk bersama ayah saya kamu kan produsernya untuk bagaimana cerita ini dapat menjadi film yg sangat bagus.

    ReplyDelete
    Replies
    1. gw ga ada maksud apapun untuk buat itu film cuma gw butuh bantuan untuk akses ke kelurganya aldi.karena gw udah ga punya akses kesana.,ga mungkin dong bkn film tanpa koordinasi sama keluarganya,
      lo nya pin bb atau whats up maybe?

      Delete
    2. gw butuh jawaban lo segera.gw tggu jawabannya.

      Delete
    3. This comment has been removed by the author.

      Delete
  4. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  5. makasih untuk posting puisinya.

    ReplyDelete