Nica
Sadar bahwa tidak ada hidup yang sempurna.
Begitu pun aku dan hidupku.
Pernah diombang-ambing oleh yang namanya kehidupan.
Dan, di sinilah aku sekarang. Seperti inilah aku sekarang.
Duduk manis memantau layar laptop. Sambil terus menulis dan
berimajinasi. Dengan harapan, tulisanku akan berguna untuk siapapun yang
membacanya.
Hidup mengajarkanku untuk tidak terlalu percaya janji dan
omong kosong.
Hidup mengajarkanku untuk selalu menghargai setiap detik
kehadiran dan kenangan.
Hidup mengajarkanku untuk selalu mengalahkan ego.
Terbilang muda, saat aku dihadapkan sebuah masalah.
Dan, aku berhasil mengalahkan egoku.
Umurku masih belasan, waktu itu.
Dihantam masalah yang; aku sendiri bingung bagaimana menyelesaikannya.
Untungnya, aku bisa melewatinya.
Di sinilah aku sekarang. Tumbuh dengan jiwa penuh luka. Dan,
tidak percaya harapan.
Usiaku masih belasan, ketika kepercayaanku direnggut oleh
orang-orang sekitarku.
Penghianatan.
Kebohongan.
Aku hidup bak
mengawang.
Tidak tahu harus percaya dengan siapa.
Ya, memang semua orang tidak ada yang sama.
Aku tidak mungkin menjudge
semua orang hanya karena kesalahan satu orang.
Usiaku masih belasan, kala aku harus mengalahkan ego dan
memaafkan sebuah kesalahan besar.
Dengan keyakinan, bahwa setiap sikap buruk seseorang bisa
berubah seiring waktu dan perjalanan.
Salah.
Sesuatu gak akan bisa diubah tanpa ada kemauan dari dirinya
sendiri.
Lambat laun, luka pun akhirnya mendewasakan.
Semakin bijak dalam mengambil keputusan.
Tapi, ada yang tidak bisa waktu obati.
Kepercayaan.
Aku pernah percaya dan berharap setinggi langit, lalu
dijatuhkan hingga dasar bumi terbawah.
Gelap, lembab, dan aku tersesat.
Aku pun pernah percaya semesta akan membantu. Setidaknya,
suatu saat nanti, semesta akan memperbaiki.
Tapi, nyatanya, semesta hanya diam.
Dan, sejak saat itu, aku tidak pernah percaya lagi dengan
semesta dan janji-janjinya.
Hidup memang sekali. Tapi, kita bisa jatuh berkali-kali.
Tidak adil, bagiku.
Aku selalu memprioritaskan orang lain dalam hidupku.
Karena, aku bahagia jika aku menjadi alasan orang lain
tertawa.
Setelah semua hal yang aku lakukan ku anggap baik, nyatanya
tidak satu pun hal membaik.
Kadang, aku mempertanyakan. Apakah luka mendewasakan atau
justru menghancurkan?
Wajarkanlah, jika terkadang sikapku kekanak-kanakan.
Kadang aku hanya butuh untuk diperhatikan.
Wajarkanlah, jika terkadang sikapku menyebalkan.
Kadang aku hanya butuh untuk dimaafkan.
Memaafkan segala kesalahan orang meski kita taruhannya,
tidaklah mudah.
Ada ego yang harus mengalah.
Aku tidak bilang bahwa aku sempurna.
Aku tidak bilang bahwa aku pantas didamba.
Aku hanya ingin mengatakan, bahwa; tidak ada hidup yang
sempurna, tidak ada pasangan yang sempurna, tidak ada teman yang sempurna, dan
tidak ada orang yang sempurna.
Semua hanya soal; siapa mau mengalah untuk siapa.
Dan, siapa yang mampu saling melengkapi semua celah ketidaksempurnaan
itu.
Untuk siapapun yang baca,
Selamat berjuang di jalanmu.
Semoga semesta menyertaimu. Dan, Tuhan selalu bersamamu.
4 comments
bu guru :D
ReplyDeletemasih mudaaaa -_-
Deletekeren kak blognya:)
ReplyDeletemakasih indah :)
Delete