Mengais harapan dalam rindu.
Ada yang bilang kalo orang bisa bertahan tanpa makan atau
minum, tapi tidak akan bertahan tanpa harapan.
Tapi, aku bisa. Sebut saja aku mawar.
Akan ku tunjukkan satu hal padamu; dulu, aku pernah hidup
dengan penuh harapan. Meninggikan asa dan harapan, diiringi do’a. Tapi, itu
dulu. Jauh sebelum aku dijatuhkan oleh harapanku sendiri.
Kini, aku berdiri tanpa harapan. Tidak ada arah. Tidak ada
tempat pijakkan. Aku bak senyawa yang melayang tidak berpijak. Karena, semua
harapan yang aku punya telah menghilang.
It’s gone.
Fire in my heart, too.
Disaat banyak orang menaruh harapan dalam do’a; semoga kelak
ia akan jadi milikku.
Hanya aku yang tersenyum dan memandang hampa langit.
Disaat banyak yang menaruh harapan dalam do’a; untuk
bahagia.
Hanya aku yang terdiam tanpa bicara.
Disaat banyak orang yang menaruh harapan dalam do’a; untuk
senyuman.
Hanya aku yang menangis tanpa suara.
Kenapa? Karena aku tidak lagi percaya dengan harapan.
Jauh sebelum aku berada dalam titik ini, aku pernah berharap
namun dikecewakan. Aku pernah meminta namun terabaikan. Lantas, dimana harapan disaat aku butuhkan?
Benar, sabar memang tanpa batas. Namun, tidak untuk
harapan.
Aku ingin berdiri ditengah lautan lepas, berharap angin kan
membawa jiwaku melayang entah kemana sesukanya.
Atau
Menenggelamkan ragaku dalam asaku yang telah membeku.
Aku terus mencari harapan itu dalam dirimu. Dalam jutaan
senyum yang selalu terpancar. Dalam jutaan tawa yang selalu ku dengar. Dan,
dalam rindu yang selalu datang menyapa.
Biarkan cinta menemui jalannya. Dan, rindu bersemayam dalam
diriku tanpa kau tahu.
Harapku; semoga kamu selalu bahagia.
1 comments
tapi harapan tak akan benar-benar hilang dalam dirimu, walau tersisa sedikit, akan selalu ada selama jiwamu masih dalam raga.
ReplyDelete