The Giver: Let how your feeling teaching you.

by - 11:42 AM


The giver. Sebuah film yang diadaptasi dari novel karya Lois Lowry. Sebuah film yang menceritakan tentang ‘dunia’ yang (tampaknya) menjadi tempat yang ideal, tanpa emosi, flat, tidak berwarna, tanpa cinta, bahkan tanpa rasa sakit.

Seklias kelihatannya memang indah jika memiliki dunia seperti itu. Tidak akan ada keributan, perebutan kekuasaan, dan semua selalu damai.

Tapi, apakah kalian akan merasa sebahagia itu? Senyaman itu? Jika semua aktifitas kalian serba dibatasi dan diawasi.

Cerita ini bermula pada 3 orang sahabat yang telah menghabiskan masa kecilnya bersama-sama. 3 orang itu bernama Jonas, Asher, dan Fiona. Masa kecil yang mereka habiskan dengan penuh keindahan, kedamaian, tapi tanpa pernah mengenal apa itu Cinta.

Tepat dihari kelulusan, mereka akan diberi pekerjaan yang telah ditentukan oleh Petua tertinggi yang mengatur segala aktifitas mereka. Setiap orang pasti akan mengalami hal ini. Ketakutan yang amat sangat dirasakan oleh Jonas. Ia merasa kalau dirinya bahkan tak pernah tahu posisi apa yang bisa ia lakukan.

Tapi, semenjak hari kelulusan itu, semua akan terasa berbeda. Asher mendapatkan posisi sebagai pilot robot. Fiona mendapatkan posisi sebagai pengasuh bayi. Dan, Jonas terpilih sebagai “Penerima Kenangan”.

Sejak ia terpilih sebagai “Penerima Kenangan”, Jonas diharuskan berlatih pada pendahulunya yang disebut The Giver (Sang Pemberi). The Giver memberikan banyak memori yang tak terduga pada Jonas. The giver memberikan hal-hal baru yang Jonas sendiri bahkan tidak pernah merasakannya. Rasa sakit, ketakutan, bahkan Cinta.

Hingga akhirnya, ia menyadari kalau selama ini ia hidup dalam ‘dunia’ yang salah. Dunia tanpa emosi, perasaan, cinta, bahkan tidak mengenal rasa sakit. Hal itu lah yang menyebabkan Jonas berani melanggar peraturan demi mengembalikan keadaan dunia yang sebenernya. Dia harus melanggar banyak peraturan, sampai ia dianggap berbahaya oleh para Petua di komunitasnya.

Namun, tak sedikitpun ia gentar. Ia semakin berani untuk menghadapi segala tantangan yang menghadang rencananya. Ia tak peduli apa kata orang-orang yang menentangnya, karena ia yakin dengan apa yang ia lakukan akan membuat ‘dunia’nya menjadi lebih baik.

Yap. Kedengerannya seperti macam film The Hunger Games dan sebagainya. That’s. Teenage survival, again. Ceritanya yang unik dan buat gue beda dari jenis film pendahulunya. Tapi, agak flat dan sedikit… Uh, boring. 

At all, cerita yang dibintangi oleh Taylor Swift ini masuk ke dalam daftar Recommended.

Ada beberapa yang harus kita pahami dan mengerti dari film ini. Beberapa hal spele yang ternyata mengambil bagian penting dalam kehidupan seseorang. Emosi. Perasaan marah, kecewa, sakit, bahkan cinta. Bisakah kita hidup tanpa itu? Bisa. Tapi, akan terasa sangat berbeda.

Difilm ini benar-benar dijelasin betapa Emosi berada dalam titik penting hidup seseorang. Difilm ini dijelaskan, ya kita bisa hidup tanpa itu semua. Tapi, hidupmu tak akan sama ketika kamu dapat merasakan Emosi yang bergejolak dalam dirimu secara bersamaan.

Bisa kalian bayangkan hidup tanpa cinta? Semua orang bisa tertawa dengan orang yang bersamanya, tapi belum tentu dapat memberikan ‘Cinta’nya. 

Kenapa kalian begitu menyayangi kedua orang tua kalian? Karena cinta yang ada dalam diri kalian lah yang membuat mereka begitu berharga untuk kalian. Keluarga adalah tempat dimana kalian dapat merasa nyaman, aman, dan bahagia. Bukan hanya sekedar status “Ibu” atau “Ayah”.

Begitulah dengan Emosi. Emosi lebih dari sekedar sebuah perasaan. Emosi adalah ‘dorongan dari dalam diri’ dimana lo bisa benar-benar merasakan bahkan menikmati apa itu kehidupan..

Film ini rilis perdana tanggal 15 Agustus 2014 di USA. But, I found this movie on streaming online. Dan, gak tau apa di Indonesia udah tayang apa belum. So, enjoy this movie.








You May Also Like

0 comments